Bukan Bodoh, Tapi...
HATIM.WEB.ID - Setelah gagal jadi PPS beberapa waktu yang lalu, saya langsung melamar jadi Pantarlih. Saya fikir honornya lumayan walau masa kerjanya cuma 1 bulan. Lebih dari cukup untuk THR para bocil yang datang ke rumah pas lebaran nanti.
Setelah melengkapi berkas yang tertulis di persyaratan, saya langsung mengantarnya ke sekretariat PPS di desa.
Pemeriksaan berkas oleh PPS berjalan lancar. Setelah itu saya langsung di wawancara. 5 pertanyaan dengan bobot nilai 20 untuk setiap pertanyaannya berhasil saya jawab dengan baik.
Selanjutnya adalah menunggu hasil keputusan dari PPS atas nama KPU. Apakah saya di terima menjadi salah satu Pantarlih atau tidak.
Beberapa hari kemudian, pengumuman siapa yang di terima sebagai Pantarlih keluar. Saya dinyatakan lulus sebagai Pantarlih. Tapi di TPS 3.
FYI, saya berdomisili di TPS 2 bahkan setiap kali pemilu saya memang terdaftar sebagai DPT di TPS 2.
Sejak pengumuman Pantarlih keluar, saya tidak merasa bahagia sedikitpun. Walaupun saat itu saya terpilih sebagai salah satu Pantarlih yang akan di lantik 2 hari kemudian.
Semalaman saya tidak bisa tidur nyenyak. Hati saya gelisah. Saya selalu bilang dalam hati "Ini pasti ada yang salah. Pasti".
Setelah saya mengingat-ingat kembali proses yang saya lalui dari awal melamar jadi Pantarlih - Wawancara - Lulus kemudian di lanjut dengan membaca syarat-syarat yang di keluarkan oleh KPU untuk menjadi seorang Pantarlih, saya mulai menemukan titik terang. Saya mulai tahu dimana letak kesalahannya.
Sebenarnya bukan salah sih tapi lebih ke arah kurang tepat saja.
Jadi begini, saya kan berdomisili di TPS 2. Seharusnya saya terpilih sebagai Pantarlih untuk TPS 2. Bukan di TPS 3. Di TPS 3 ada 1 orang yang melamar jadi Pantarlih. Seharusnya 1 orang ini yang otomatis lolos jadi Pantarlih. Bukan saya!
Pagi Sabtu nya saya langsung chat ketua PPS. Tidak lama kemudian ketua PPS nelfon. Lalu saya ceritakan apa yang saya rasakan dan saya putuskan untuk mengundurkan diri dari Pantarlih di TPS 3. Sebagai gantinya adalah pelamar tunggal yang berasal dari TPS 3 tersebut.
Permintaan pengunduran diri saya di kabulkan oleh ketua PPS. Sebab memang belum di lantik. Apalagi di dukung oleh alasan yang cukup jelas.
Alhamdulillah, permasalahan berhasil di selesaikan dengan baik.
Tidak lama kemudian PKD yang saya kenal baik nelfon. Untuk memastikan apakah benar saya mengundurkan diri atau tidak? Saya jawab bahwa berita yang beliau dengar itu benar. Dan saya sebutkan alasannya apa. Lebih kurang sama dengan apa yang saya bilang dengan ketua PPS sebelumnya.
Mundur nya saya dari Pantarlih sempat membuat heboh di kalangan teman-teman. Rata-rata mereka menuding saya bodoh dan sudah mulai gila. Hahaha
Di bilang seperti itu saya langsung tertawa sejadi-jadinya 😂
Begini, saya itu tidak bodoh cuma seseorang yang berusaha meletakkan sesuatu pada tempatnya.
Salah satu syarat menjadi Pantarlih adalah berdomisili di wilayah kerja Pantarlih itu sendiri. Kalau syarat itu di terjemahkan secara khusus, Pantarlih di TPS 1 harus memprioritaskan para pelamar yang berdomisili di sekitaran TPS 1. Kecuali kalau tidak ada pelamar yang berasal dari TPS 1, boleh di isi oleh pelamar yang berasal dari TPS lain asal masih dalam 1 desa. Jadinya proses rekrut Pantarlih oleh PPS ini sifatnya umum atau global.
Nah, saya kan berdomisili di TPS 2 tapi terpilih jadi Pantarlih di TPS 3. Sebenarnya nggak ada yang salah sama sekali. Sebab itu memang hak mutlaknya PPS. Tidak ada aturan yang di langgar oleh PPS. Tidak ada.
Cuma berhubung ada pelamar tunggal yang berasal dari TPS 3, saya beranggapan bahwa pelamar ini yang pantas terpilih jadi Pantarlih. Sebab KPU membuat aturan Pantarlih harus berdomisili di wilayah kerja Pantarlih untuk mempermudah proses coklit nantinya. Sebab Pantarlih tersebut pasti lebih kenal dengan lingkungan di sekitarnya di bandingkan orang lain. Hal ini diharapkan bisa membuat lancar proses coklit dan mengurangi kesalahan di lapangan.
Selain itu, di bandingkan dengan 5 Pantarlih yang terpilih lainnya, cuma saya sendiri yang ganjil. 5 Pantarlih lainnya itu berdomisili dan bertugas di TPS tempat mereka masing-masing, cuma saya sendiri yang terlempar ke TPS seberang. Kan terlihat jomplang 😂
Jujur, saat itu saya memang sedang butuh uang. Dan honor Pantarlih itu lumayan. Belum lagi Pantarlih akan otomatis jadi KPPS 5 selama tidak terlibat dengan partai politik. Enak banget kan?
Walaupun demikian, saya bukan tipikal orang egois yang hanya mementingkan diri sendiri. Kalau ada orang yang lebih pantas dari saya dalam melakukan sesuatu, saya akan memprioritaskan orang tersebut terlebih dahulu. Intinya saya berusaha untuk tidak naik kalau harus menginjak kepala orang lain.
Kalau ada orang yang mengatakan saya bodoh karena menolak uang 1 juta di depan mata, ketahuilah saya pernah menolak uang 7 juta dari orang yang ingin membeli blog dan akun Google Adsense saya. Dan saya menganggap itu biasa saja 😎
0 Response to "Bukan Bodoh, Tapi..."
Post a Comment
Silahkan tinggalkan komentar terkait tulisan di atas. Gunakan bahasa yang baik dan sopan. Terima kasih!